Beranda | Artikel
Cuplikan Faidah Tsalatsatul Ushul
Minggu, 16 Februari 2020

Bismillah.

Kitab Tsalatsatul Ushul (tiga pokok utama) atau lebih terkenal dengan sebutan Ushul Tsalatsah merupakan buku ringkas yang sarat akan manfaat. Buku ini ditulis oleh Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah seorang ulama besar pembaharu Islam dari negeri Nejed.

Buku ini menerangkan pokok-pokok agama yang wajib dipahami oleh seorang muslim. Inti pembahasan buku ini adalah menjelaskan jawaban terhadap tiga pertanyaan kubur; siapa Rabbmu, apa agamamu, dan siapa nabimu.

Di awal buku ini penulis membawakan beberapa mukadimah yang penting untuk memotivasi seorang muslim dalam memahami agamanya dan mengokohkan aqidahnya. Pada mukadimah pertama beliau menjelaskan empat kewajiban yang harus diketahui oleh setiap muslim; yaitu ilmu, amal, dakwah, dan sabar. Dalil keempat kewajiban itu ada di dalam surat al-’Ashr.

Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-’Ashr : 1-3)

Masa adalah silih bergantinya waktu. Banyak orang merugi karena tidak menggunakan waktunya dengan baik. Waktunya hanya terbuang sia-sia atau bahkan mendatangkan bencana bagi agamanya. Di dalam surat ini Allah mengingatkan kita bahwa kebahagiaan dan keberuntungan yang hakiki adalah bersama dengan iman dan amal salih. Dalam ayat lain, Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan benar-benar Kami akan berikan balasan kepada mereka pahala yang lebih baik dari apa-apa yang mereka kerjakan.” (an-Nahl : 97)

Sementara iman dan amal salih tidak bisa terwujud dengan benar kecuali dengan landasan ilmu agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kebutuhan Ilmu

Begitu besar kebutuhan manusia kepada ilmu agama sampai-sampai dikatakan oleh Imam Ahmad rahimahullah, “Manusia membutuhkan ilmu lebih banyak daripada makanan dan minuman. Makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali. Adapun ilmu dibutuhkan sebanyak hembusan nafas.”

Setiap hari kita berdoa kepada Allah meminta petunjuk jalan yang lurus. Hidayah menuju jalan lurus ini adalah bekal kehidupan kita di dunia dan di akhirat. Tanpa hidayah dari Allah seorang tidak akan mengenali tujuan hidupnya, tidak bisa menunaikan kewajibannya, dan tidak memahami apa yang bermanfaat atau apa yang membahayakan dirinya. Ilmu adalah pondasi bagi segala tindakan.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu al-Qur’an dan as-Sunnah. Ilmu yang menumbuhkan rasa takut dan pengagungan kepada Allah. Dan ilmu yang paling mulia adalah ilmu mengenal Allah. Karena kemuliaan suatu ilmu disebabkan kemuliaan objek yang dipelajari. Dan Allah adalah yang paling mulia dari segala sesuatu. Kenikmatan mengenal Allah merupakan sebab kebahagiaan hidup manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti merasakan lezatnya iman; orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim)

Kunci Kebahagiaan

Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123). Mengikuti petunjuk Allah adalah dengan mempelajari dan memahami al-Qur’an serta mengamalkannya. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah berikan jaminan bagi siapa yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajarannya bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat.”

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Beribadah kepada Allah adalah sebab kebahagiaan insan. Banyak orang yang keluar dari dunia dalam keadaan belum merasakan sesuatu yang paling lezat di dalamnya, yaitu beribadah kepada Allah. Ibadah merupakan sebab ketenangan jiwa dan ketentraman hidup. Dan tidak mungkin bisa beribadah kepada Allah kecuali dengan mengikuti petunjuk dan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya, dan di akhirat dia akan termasuk golongan orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah mendengar kenabianku seorang pun dari umat ini; apakah dia Yahudi atau Nasrani lalu meninggal dalam keadaan tidak beriman dengan ajaran yang aku bawa kecuali dia pasti akan termasuk golongan penghuni neraka.” (HR. Muslim)

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu dengan berangan-angan atau memperindah penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan.” Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Jika kalian mencintai Allah maka ikutlah aku (nabi) niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)

Sebagian ulama terdahulu mengatakan, “Sabar di dalam iman seperti kepala bagi tubuh. Apabila kepala sudah putus maka badan tidak lagi bernyawa. Ketahuilah, tidak ada iman pada orang yang tidak memiliki kesabaran.”

Demikian sedikit catatan mudah-mudahan bermanfaat. Wallahul musta’aan.

Penyusun : Redaksi al-mubarok.com

Facebook : Kajian Islam al-Mubarok

Website : www.al-mubarok.com


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/cuplikan-faidah-tsalatsatul-ushul/